Dampak Psikologis Perang
Dalam situasi konflik bersenjata, masyarakat sipil terutama anak-anak dan wanita, merupakan kelompok yang paling rentan menjadi korban karena tidak memiliki senjata untuk melawan, akibatnya mereka cenderung berada dalam situasi ketakutan (fearness).
Tidak sedikit anak-anak dan perempuan mengalami berbagai eksploitasi dan kekerasan baik fisik maupun mental bahkan eksploitasi sexual. padahal anak-anak adalah zona netral, bukan bagian dari permusuhan dan bukan "peserta" perang dari pihak yang bertikai. idealnya keamanan dan perlindungan dari berbagai pihak menjadi prioritas utama bagi anak-anak.
Dewasa ini perang sudah menggunakan teknologi modern, sehingga resiko yang ditimbulkan selalu membayangi anak-anak sangat kuat, selain itu perang dan konflik bersenjata membawa dampak buruk terhadap proses tumbuh kembang anak, anak mengalami tekanan psikologis yang berat.
Dalam ketidak mengertian terhadap situasi yang terjadi, dan sedang berlangsung disekitarnya mereka dipaksa menyaksikan pembantaian dan kematian orang tua, saudara, tetangga, dan orang-orang terdekat lainnya. Bahkan ssetiap saat mereka juga dapat merasakan jiwanya yang terancam. Dengan kerentanan fisik dan mental yang masih memerlukan perlindungan, mereka malah dibiarkan tumbuh dan dekat dengan perasaan takut, cemas, curiga, dan kebencian yang dalam.

Dampak psikologis seperti itu jelas berbahaya bagi suatu bangsa, dibanding dengan sekedar kerusakan fisik, kerusakan infrastruktur dapat dibangun kembali 1-2 thn kemudian, namun apabila yang rusak adalah mental anak maka kerusakan itu tidak bisa dipulihkan bahkan sepanjang hayatnya. padahal di tangan merekalah masa depan dalam sebuah negara dapat ditentukan. bagaimana jika pelajaran kekerasan yang pernah di alaminya secara paksaan di masa kecil menjadi bekalnya untuk memimpin bangsa dan negaranya tersebut kelak???

How to Mental Recovery
Pasca konflik bersenjata anak-anak dan wanita harus dapat penanganan khusus dalam upaya pemulihan mental (Recovery Mental) yang di wajibkan menjadi agenda utama pemerintah setempat. anak-anak dan wanita harus segera di pindahkan dan di ungsikan dari lingkungan konflik. tempatkan mereka di tempat yangmemiliki kehidupan normal tanpa ancaman kekerasan dan ketakutan. Dampingi mereka untuk menghilangkan trauma dengan cara memberikan kehidupan yang layak dan normal. baik dari segi lingkungan tempat tinggal, bermain, maupun sekolah yang harus steril dari pertikaian dan lingkungan kehidupan yang normal.
Dan untuk mencegah agar tidak adanya lagi korban anak-anak dan wanita, maka dunia harus patuh pada aturan main dalam perang. dunia dapat belajar dari sejarah peradaban islam, dimana peperangandi batasi dengan tata tertib yang sangat detail. Antara lain dilarang membunuh bukan pada waktu perang, orang yang tidak ikut perang tidak halal dibunuh atau dianiaya (wanita, anak-anak kecil, orang-orang jompo, para pemuka agama, hamba sahaya dan pegawai)
Bahkan diiharamkan berbuat kekejaman, membunuh binatang, merusak tanaman, mencemari sumur dan menghancurkan tempat tinggal serta menghabisi orang yang terluka, mengejar orang yang lari atau menghabisi orang yang telah menyerah. dengan cara tersebut korban yang berjatuhan baik laki-laki, wanita dan anak-anak dapat diminimalisir. Bahkan kerugian material akibat kerusakan fisik dapat ditekan. Bagi negara yang melanggar harus dikenai sangsioleh mahkamah international.
Coach Koko Baskoro, Spsi
Info Coaching & Counseling : 081585577783
follow Instagram @kokobaskoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar